Oditur.com – Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menuduh Israel sedang merencanakan pengosongan Jalur Gaza, khususnya di wilayah utara, dari penduduk Palestina. Tuduhan ini dilontarkan Abbas dalam pidatonya di hadapan anggota kelompok BRICS di Rusia pada Kamis (24/10/2024). Dalam pidato tersebut, Abbas menegaskan bahwa serangan yang dilancarkan Israel terhadap Gaza bukan hanya upaya militer, melainkan juga bagian dari strategi jangka panjang untuk mengusir penduduk Palestina dari wilayah mereka.
“Sudah setahun sejak tragedi besar menimpa rakyat Palestina setelah Nakba 1948,” ungkap Abbas, dikutip dari AFP. Nakba, yang berarti “bencana”, merujuk pada penghancuran masyarakat Palestina dari tanah air mereka saat pendirian negara Israel pada 1948.
Abbas menekankan bahwa serangan Israel saat ini bukanlah sekadar operasi militer, melainkan genosida yang bertujuan menghabisi populasi Palestina di Gaza. “Ini adalah bagian dari rencana untuk mengosongkan wilayah penduduknya, terutama sekarang di Gaza utara, tempat tentara Israel membuat penduduk di sana kelaparan,” ujarnya.
Serangan di Sekolah, 17 Orang Tewas
Sementara itu, serangan terbaru Israel terhadap wilayah Gaza terus memakan korban. Pada Kamis (24/10/2024), Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan bahwa serangan udara Israel menghantam sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan warga di kamp Nuseirat, bagian tengah Jalur Gaza. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai puluhan lainnya.
“Militer Israel menyerang sekolah Al-Shuhada di kamp Nuseirat, yang telah diubah menjadi tempat penampungan bagi warga sipil. Akibat serangan ini, 17 orang tewas dan puluhan lainnya terluka,” kata Mahmud Bassal, juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, kepada AFP. Informasi tersebut juga dikonfirmasi oleh pihak rumah sakit Al-Awda yang menerima para korban dari serangan tersebut.
Menurut Bassal, serangan ke sekolah-sekolah dan tempat-tempat penampungan ini menunjukkan betapa tidak amannya warga sipil di Gaza, bahkan di lokasi-lokasi yang seharusnya menjadi tempat perlindungan. “Setiap hari, jumlah korban terus bertambah. Warga sipil yang tak bersenjata, termasuk anak-anak dan perempuan, menjadi target dalam serangan-serangan ini. Ini adalah bukti nyata bahwa Israel sedang melakukan upaya sistematis untuk menghancurkan Gaza dan memaksa penduduknya keluar dari tanah mereka,” tambah Bassal.
Krisis Kemanusiaan yang Makin Parah
Kondisi di Gaza semakin memburuk seiring dengan intensitas serangan Israel yang terus meningkat. Warga Palestina yang berada di wilayah utara Gaza, di mana serangan Israel paling intens, kini menghadapi kelaparan dan kekurangan bahan pokok. Israel dituding menggunakan taktik pengepungan dengan menutup akses masuk barang-barang vital ke Gaza, termasuk pasokan makanan dan obat-obatan. Akibatnya, warga Gaza yang sudah terjebak dalam konflik berkepanjangan kini harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah kekurangan yang semakin akut.
“Ini bukan lagi soal operasi militer. Ini adalah blokade kemanusiaan yang bertujuan untuk menghancurkan kehidupan di Gaza dan memaksa penduduknya mengungsi. Taktik ini mengingatkan kita pada Nakba, di mana ratusan ribu orang Palestina diusir dari tanah mereka,” tegas Abbas.
Serangan terbaru di Nuseirat adalah salah satu dari rangkaian serangan udara Israel yang menargetkan berbagai fasilitas umum di Gaza, termasuk rumah sakit, masjid, dan sekolah. Situasi ini memicu kecaman luas dari komunitas internasional yang menuntut Israel untuk segera menghentikan serangan terhadap warga sipil.
Kecaman Internasional
Tindakan Israel di Gaza telah mengundang kritik keras dari berbagai negara dan organisasi internasional. Kelompok BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, turut menyuarakan keprihatinannya terhadap penderitaan rakyat Palestina. Dalam pertemuan di Rusia, negara-negara anggota BRICS menyampaikan dukungan mereka terhadap Palestina dan mendesak Israel untuk menghentikan serangan militernya serta segera membuka akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.
“Israel harus menghentikan aksi militer ini dan segera membuka akses untuk bantuan kemanusiaan. Ribuan warga sipil terancam kelaparan dan kebutuhan medis yang mendesak. Komunitas internasional tidak bisa tinggal diam sementara tragedi kemanusiaan ini terus berlangsung,” ujar seorang perwakilan dari kelompok BRICS.
Namun, meski ada tekanan internasional, Israel tampaknya tetap pada posisinya. Pemerintah Israel, yang sering menyatakan bahwa tindakan mereka adalah bagian dari upaya melawan kelompok militan di Gaza, menolak tuduhan bahwa mereka menargetkan warga sipil. Namun, fakta di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Serangan-serangan terhadap sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur vital lainnya semakin mempertegas tudingan bahwa serangan ini memiliki tujuan lebih dari sekadar operasi militer. (*)